Siswa-Siswi SDN Rangat Melawan Rintangan

Siswa-Siswi SDN Rangat Melawan Rintangan

 

WhatsApp Image 2025 10 29 at 10.22.26 a481921c1

Labuan Bajo, wisatawaelolos.com – Gambar ini menangkap momen penuh semangat dan kepolosan dari sekelompok siswa-siswi SDN Rangat. Mereka adalah anak-anak dari Kampung Lamung, Desa Golo Ndaring, yang setiap harinya menempuh perjalanan penuh perjuangan demi pendidikan.

Di tengah jalan setapak yang dikelilingi rimbunnya pepohonan, mereka berhenti sejenak untuk merayakan Sumpah Pemuda, 28 Oktober, dengan cara mereka sendiri. Dengan seragam putih merah yang sedikit kotor karena perjalanan, mereka membentuk formasi dan mengangkat tangan. Ada yang mengacungkan jempol, ada yang membuat simbol “rock and roll,” dan ada pula yang menunjukkan simbol damai. Ekspresi wajah mereka, dari senyum lebar hingga tatapan penuh tekad, memancarkan satu pesan kuat : semangat mereka takkan pernah padam.

Jalan Kaki Sejauh 5 Kilometer

Setiap pagi, tantangan besar telah menanti. Mereka harus berjalan kaki sejauh 5 kilometer menyusuri jalan yang rusak parah dari Kampung Lamung menuju sekolah mereka di Rangat, Desa Wae Lolos, Kecamatan Sano Nggoang, Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur.

Embun pagi adalah saksi bisu sekaligus teman setia yang menemani langkah-langkah kecil mereka. Selain masalah infrastruktur jalan, ketiadaan aliran listrik juga menjadi hambatan lain yang memperberat perjuangan pendidikan mereka. Malam yang gelap dan minimnya penerangan tentu menjadi tantangan saat mereka harus belajar atau mengerjakan tugas.

Potret ini menyiratkan sebuah kisah perjuangan di balik seragam sekolah yang sederhana. Jalan menuju sekolah tidak beraspal, licin, berbatu melewati hutan dan sungai. Perjalanan yang jauh dan sulit ini menguras energi sebelum dan sesudah pelajaran. Ini tentu dapat mengurangi konsentrasi belajar dan waktu mereka untuk istirahat atau mengulang pelajaran di rumah. Kondisi ini diperparah dengan keterbatasan kendaraan umum atau pribadi membuat mereka harus berjalan kaki, yang menuntut ketahanan fisik tinggi setiap hari.

Selain itu, kondisi infrastruktur (fasilitas dasar) sekolah juga kurang memadai, seperti listrik, air bersih, perpustakaan. Bahkan, kondisi fisik bangunan sekolah sangat memprihatinkan. Atap bocor, dinding rapuh. Akses mereka terhadap buku pelajaran, alat tulis, apalagi teknologi (komputer atau internet), sangat terbatas, menghambat mereka untuk bersaing dengan pelajar di sekolah yang berada di kota.

Tekad Melawan Rintangan

Meskipun harus menghadapi rintangan fisik dan infrastruktur yang serba terbatas, lihatlah mata mereka: penuh harapan, dan gesture tangan mereka: menunjukkan tekad yang membara untuk terus berjuang. Anak-anak ini adalah pahlawan tanpa tanda jasa. Di mata mereka, kita melihat perpaduan antara kelelahan perjalanan dan kobaran optimisme. Pakaian mereka yang kotor di bagian bawah adalah bukti nyata bahwa mereka telah menaklukkan medan sulit demi ilmu. Mereka mengajarkan kita bahwa ‘ketidakmungkinan’ hanyalah kata yang belum pernah mencoba berjalan kaki sejauh itu.

Mereka adalah wajah masa depan, para pemuda dan pemudi cilik yang sedang menanamkan benih impian. Perayaan Sumpah Pemuda versi mereka bukan hanya sekadar pose, melainkan sebuah manifestasi nyata dari semangat pantang menyerah untuk menggapai cita-cita, melawan segala keterbatasan yang membentang di Kabuoaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur.

*Robert Perkasa, Ketua Pokdarwis Cunca Plias

Loading

Share This :

Scroll to Top